Jumat, 28 Mei 2010

Bab 2

“Le, besok kamu camping, kan? Kok, belum siap-siap, sih? Nanti pakai tas apa? Gak mungkin bawa koper kan?” Pertanyaan mama menunjukkan bahwa mama saat itu butuh penjelasan Leon secepatnya.
“Aku kan punya tas besar, ma. Tapi masih di gudang,” jawab Leon.
“Pak Sais, ambilin tas Leon di gudang, ya Pak,” perintah mama kepada Pak Sais segera dijalankan Pak Sais. Namun, Leon mencegat Pak Sais. “Aku aja, Pak,”
Gudang di rumah Leon terletak di dekat garasi. Pengap dan berdebu. Leon menutup hidung dan mulutnya rapat-rapat. Tas Leon terletak di tengah gudang, sehingga perlu usaha untuk mengambilnya. “Ah, “ Leon bernafas lega saat keluar dari gudang. Tas hitam besarnya masih terbungkus plastik bening (yang kini berdebu). Ia segera membawanya ke dalam rumah.
“Ma, nih tas Leon,” Leon memperlihatkan tas besar yang didapatnya dari gudang tersebut. "Masih bagus." kata mama. Leon melepas lapisan plastik yang membungkus tas tersebut lalu membawa tas tersebut ke kamarnya.
"Kamu beli makanan sendiri ya. Nih uang buat jajan,” Mama menyodorkan uang 50.000 kepada Leon. Leon beranjak ke MiniMarket yang terletak di dekat rumahnya. Ia segera menuju ke lorong mi instan gelas. Makanan ini memang paling praktis karena cukup diseduh air panas. Lalu, lorong biskuit dan permen, serta lorong minuman. Uang 50.000 nya masih tersisa. Ia pun pulang ke rumah.
Malam harinya, tepatnya jam 7, Leon masih sibuk mengemas barang-barangnya. Keiko, kakaknya, menghampiri Leon. “Butuh bantuan?” Leon mengangguk.
“Mmm..Gak bawa Handphone?” tanya Keiko. Leon menggeleng. “Miss Chelia tidak mengizinkannya,”.
Keiko kembali memasukkan barang-barang Leon seperti senter, tali, dan lain-lain. Ia terpaku pada kotak P3K yang akan dibawa Leon. “Le, buat apa kotak itu?”
“Aku kan anggota UKS, jadi harus bawa. Hahaha…,” jawab Leon sambil cengengesan. “Jangan kangen ya, selama aku pergi camping,”
“Gak bakal !”
Leon segera pergi tidur saat ia selesai mengemas perlengkapannya. Besok akan menjadi hari yang baru dan…takkan terlupakan.

Pukul 8 pagi semua murid kumpul di kelasnya masing-masing. Kelas menjadi sedikit ramai karena sibuk membicarakan camping. Namun, semua keramaian itu berhenti ketika Miss Chelia, sang wali kelas memasuki ruangan. Suasana mendadak hening.
“Xander” panggil Miss Chelia.
“Hadir,” jawab Xander. Miss Chelia mengabsen murid-muridnya. Setelah mengabsen, Miss Chelia melakukan pemeriksaan tas. Beberapa murid terlihat memucat saat tasnya diperiksa. Apalagi ketika banyak barang elektronik, mainan, dan uang telah berpindah ke tangan Miss Chelia. Padahal, dari awal sudah diperingatkan untuk tidak membawa benda-benda tersebut.
“Barang-barang ini,” Miss mengangkat handphone salah satu anak. “Akan dikembalikan saat kalian pulang. Sekarang semua yang mau ke kamar kecil, pergi. Karena di jalan, kita tidak akan berhenti. Mengerti?” Sebagian besar segera melarikan diri ke kamar kecil. Leon mencuci tangan dan membasuh mukanya yang masih mengantuk sehingga segar kembali.
Ada 3 bus, yaitu 9-1, 9-2, dan 9-3. Total anak yang ikut berjumlah 60 anak dan semua segera masuk ke dalam bus. Leon dan Xander menempati kursi baris ketiga dari depan. “Yaa..Udah ada orang,” kata Yuki kecewa saat melirik baris ketiga telah diduduki Leon dan Xander. “Di baris kedua aja yuk,” usul Aya. Yuki dan Aya segera duduk di baris kedua.
Selama di perjalanan, beberapa anak tertidur. Leon membaca buku yang dibawanya semetara Xander tengah memandang ke arah jalanan. Yuki asyik memakan makanan ringan sambil berbincang dengan Aya.
“Kemaren, kamu jatuh gara-gara Anne,” kata Aya.
“Masa sih?” Yuki menanggapinya dengan santai.
“Iya, bener. Kemaren aku lihat sendiri, dia meletakkan kakinya di jalur lari kamu,”
“Oh..,” jawab Yuki meneguk jus jeruknya. “Trus?”
“Jadi, kamu jatuh. Pas kamu ke UKS, dia sama geng-nya ketawa cekikikan. Huh!“
“Mmm…Begitu…,” Yuki mengangguk-anggukan kepalanya.
Sekitar 2 jam kemudian, bus mulai memasuki daerah pegunungan. Suhu pun turun menjadi sedikit dingin. “Sabar ya, 20 menit lagi,” kata Miss Chelia pelan. Tiba-tiba, Yuki tersentak. “Aku lupa bawa jaket !”
“Ha? Gak bawa jaket? Aduh, kamu ada-ada aja…Duh, dingin lagi,” kata Aya sambil mengenakan jaketnya dengan erat. “Gak apa-apa lagi, Aya. Aku kan cuma bilang lupa bawa. Gak berarti butuh kan?” kata Yuki. “Hah, terserah kamu, Yuk,” Aya menggelengkan kepalanya. Sebenarnya Yuki memang mulai kedinginan. Tapi, bagi Yuki, ini adalah suatu tantangan yang harus ia hadapi. Brr..brrr…*dingin*

Bus berhenti di pinggiran hutan. Sesi pertama dimulai. Sir Basil memulai sesi dengan membawakan renungan tentang menjadi seorang pemimpin yang baik. Tak seperti yang diharapkan, semua tampak malas dan mengantuk. Setelah sesi yang membosankan itu, ada sesi fun games. Permainan yang terpilih untuk dimainkan adalah permainan yang tidak asing lagi yaitu tarik tambang. Anak laki-laki main duluan. 9-1 melawan 9-2 dan pemenangnya melawan 9-3. Anak 9-1 memang tangguh. Dalam 30 detik, mereka mampu mengalahkan 9-2.
“Leon, ayo ikut !” ajak Rezie. Leon sedang agak lelah saat itu. Namun Xander dan Rezie malah menarik tangannya.
“Ayo ikut, Le. Kita 9-3. Harus solid dong,” kata Xander. Leon pasrah. Leon memilih tempat di paling belakang, tempat yang mengharuskan pemain menarik lebih kuat daripada yang di depan padahal sebenarnya, maksud Leon adalah supaya tidak terlalu menjadi pusat perhatian. Kesulitan Leon dimulai sejak wasit memulai permainan. Detik-detik awal, Leon menarik dengan kekuatan biasa. Namun, keadaan menjadi tegang ketika tim 9-1 menarik dengan kuat. Kini, 9-1 hanya membutuhkan 3 cm lagi untuk menang. 9-1 nyaris menang. Nyaris. Bayangkan, ketika kemungkinan menang mereka hanya 0,01%, tim 9-3 terbakar semangatnya. Leon mengerahkan seluruh kekuatannya. Tak dipungkiri, akhirnya…9-3 menang ! Semua langsung menyentakkan tambang yang sedari tadi diperjuangkan susah payah lalu melompat girang. “9-3 menaaaaaang!!” Xander sepertinya merasa girang sekali. Rasa senang Leon tidak dapat ditutupi. Ia tersenyum dan tertawa bersama teman-teman yang lain sekalipun telapak tangannya berdarah. Mungkin karena terlalu kuat menarik tambang yang kasar, ya (pengalaman nih.. :P). Tapi, bagi Leon, itu bukanlah hal yang besar. Dia langsung mengobatinya sendiri.
Selanjutnya, giliran anak perempuan yang main. Kali ini, sepertinya 9-3 terdesak. 9-3 cuma mendapat juara 2. Tapi semua terlihat senang. Saatnya pembagian hadiah. Leon, sebagai ketua kelas, diminta mewakilkan teman-temannya untuk penyerahan hadiah. Miss Chelia membagikan bingkisan berupa satu dus binder file untuk juara 1 tim (isinya 10 buah) laki-laki serta satu dus biskuit untuk juara 2 tim perempuan (kali ini 20 bungkus). Setelah penyerahan hadiah, semua anak 9-3 langsung mengerubungi Leon seperti semut-semut yang melihat bola permen. Leon pun segera membagikan bingkisan-bingkisan tersebut kepada anggota kelas. Miss Chelia cuma bisa berdecak kagum ketika memandang anak muridnya.
Waktu berlalu cepat, kini matahari mulai membenamkan dirinya di ufuk barat. Pemandangan terlihat indah dan temperatur makin menurun. Maklum, kan daerah pegunungan. Semua menyantap hidangan makan malam yang disediakan pihak sekolah. Ada ayam goreng, sup ayam, dan makanan lezat lainnya.Setelah itu, mereka harus mencuci piring masing-masing karena di sini, mereka diajar untuk mandiri. Mereka juga tidak sabar menunggu malam karena acaranya pasti akan lebih seru dan menantang.
***

2 komentar: